Oleh: Kristin Samah
JAKARTA (1/08/2021)—Revolusi tanpa filosofi. Itulah nasib keik wortel alias carrot cake. Awalnya menjadi bagian barter hantaran di antara para penulis di WAG Satupena.
Adalah Pendiri sekaligus Ketua Kelompok Pecinta Bacaan Anak (KPBA), Dr. Murti Bunanta yang menyukai keik wortel buatan saya, kemudian memesan untuk dikirim ke beberapa teman. Manisnya sedang, aroma kayu manis merangsang selera, butiran almond membut lidah menari. Harganya pun gak mungkin bikin berteriak sekalipun beli 10 loyang sekaligus.
Murti Bunanta mendapat julukan Ibu Peri karena selalu memborong carrot cake dan mengirim ke sesama penulis. Ajaib! Carrot cake menjadi simbol gerakan pembaruan organisasi. Silaturahmi dan komunikasi yang beku di antara sesama pengurus, juga pengurus dan anggota, meleleh dalan gigitan keik wortel.
Sontak, kiriman foto-foto cake berbahan wortel dengan berbagai gaya, menghiasi laman WAG Satupena, hampir setiap hari. Seiring dengan popularitas penganan wortel, pesan-pesan gerakan diselenggarakan Kongres II Satupena layaknya fanatisme supporter Piala Eropa. Semakin lama semakin bergemuruh.
Evelyn Ghozali, ilustrator yang merancang logo Satupena, melengkapi kemeriahan dengan stiker “Revolusi Carrot Cake”. Foto-foto cantik antara lain dikirim Jane Ardaneshwari, Sundea Salamatahari, Fajar Ayuningsih, dan masih banyak lagi.
Rasa, sentuhan seni, semangat perubahan, bertemu dalam loyang-loyang yang dikirim. Bukan hanya di Jakarta tetapi juga Bandung, Jogja, Solo, Surabaya, dan Malang.
Dinamika internal organisasi bergerak cepat hingga Kongres berganti dengan tuntutan Rapat Luar Biasa Anggota (RLBA). Perubahan agenda membuat carrot cake mulai tersisih dikalahkan gempita RLBA yang pada akhirnya berlangsung 1 Agustus 2021.
Sastrawan yang juga wartawan Kompas Putu Fajar Arcana salah satu yang bisa menghayati revolusi carrot cake.
“Secara nyata cake and book itu revolusioner. Bukanlah dua hal ini yang selalu dikirim Inggit ketika membezoek Bung Karno di penjara Belanda? Terima kasih berkat hari ini Mbak @Kristin Samah. Revolusi itu kian dekat dengan kepala dan lidah: nalar dan hati. Cukuplah sebagai modal turut menggulirkan RLBA dalam waktu dekat ini. #RevolusiCarrotCake”
Revolusi carrot cake adalah bagian dari saksi dinamika organisasi. Dan ketika suhu mulai mendingin, keik wortel bertransformasi menjadi gerakan solidaritas untuk pasien Covid-19. Dalam setiap cake yang terjual, disisihkan untuk membeli ivermectin dan vitamin, guna dibagi-bagi untuk mereka yang membutuhkan.
Hari ini, kiriman sampai ke Purwakarta, Jogja, Solo, Madiun, Pematang Siantar, dan Sumba. Menyusul ke sejumlah daerah lainnya.
Revolusi Carrot Cake menjadi bagian kegiatan Sosial Yayasan Cerita Ibu. Dalam perkembangan, kebutuhan vitamin dan ivermectin bekerja sama dengan berbagai pihak termasuk Komunitas Alumni Perguruan Tinggi (KAPT).
Silaturahmi dan berbagi. Mengirim cake, membagi sukacita, sekaligus membangun solidaritas kemanusiaan. (***)