RIP Brigjen Pol Dr. Asep Adi Saputra, S.H., S.I.K., M.H., M.Si.
   

Jakarta (8/6/2023)—Kang Asep gak boleh protes kalau kali ini namanya saya tulis lengkap, Brigjen Pol Dr. Asep Adi Saputra, S.H., S.I.K., M.H., M.Si. Biasanya minta dipanggil “Dik” karena kami berselisih usia beberapa tahun. Meskipun kemudian saya memanggilnya “Kang” atau “Pak”, ia tak keberatan. Tapi jangan coba memanggilnya dengan pangkat.

“Jangan panggil pangkat dong… please…” begitu ia bereaksi kalau saya mulai iseng memanggilnya ‘Mas Jenderal’ atau ‘Pak Jenderal’.

Pertemanan kami sudah berusia 20 tahun, saat pangkatnya masih Ajun Komisaris Polisi (AKP). Bermula dari siaran Radio Suara Metro, Polda Metro Jaya. Ketika itu lulus dari Perguruan Tinggi Ilmu Kepolisian (PTIK), Kang Asep ditempatkan menjadi Perwira Siaga Biro Operasi Polda Metro Jaya, bersama teman-teman seangkatannya, antara lain Irjen Pol. Suwondo Nainggolan, Brigjen Pol. Sambodo Purnomo Yogo, dan Brigjen Pol. Roma Hutajulu.
Keempatnya, dan tentu saja dengan perwira lainnya, bisa saya katakan menjadi bagian dari keterbukaan dan reformasi Polri yang mulai bergulir sejak keluar UU No. 2 tahun 2002 tentang Kepolisian Negara Republik Indonesia.

Kapolda Metro Jaya saat itu, Irjen Pol Makbul Padmanagara, membuat program yang cukup membuat shock, yaitu menghidupkan Call Center 112, dipadukan dengan siaran Radio Suara Metro. Kalau saat ini baik di stasiun radio maupun di televisi muncul nama-nama yang viral seperti Briptu Eka, cikal bakalnya dari siaran langsung di Radio Suara Metro.

Di balik keterbukaan informasi Polri, baik menyangkut informasi lalu lintas, kriminalitas, atau kegiatan masyarakat lainnya, para Perwira Siaga itulah yang menjadi tulang punggung. Saya bisa merasakan beban kerja yang tidak mudah. Mengelola Call Center ketika teknologi komunikasi masih geser sedikit mati, sambungan internet belum 5G.

Kesadaran masyarakat masih sangat rendah. Panggilan darurat 112 digunakan untuk telepon iseng atau mencoba sim card baru. Tapi toh dalam kondisi serba keterbatasan itu, Kang Asep dan teman-temannya, gigih melakukan berbagai simulasi, menguji berbagai sistem supaya keterbukaan yang diharapkan disokong efektivitas kerja personil.
Saya mencatat berbagai peristiwa penting yang ditangani dengan cepat ketika Call Center 112 disinergikan dengan Radio Suara Metro. Partisipasi publik meluas. Banyak kedaruratan ditangani dengan cepat. Dari penculikan anak, tenggelamnya kapal Ferry di Merak, kebakaran, kecelakaan lalu lintas, dan masih banyak lagi peristiwa yang dapat meningkatkan kinerja dan citra Kepolisian.

Polri seperti diseret untuk mempercepat keterbukaan dan reformasi. Apalagi ketika Radio Suara Metro menggelar program live untuk Pejabat Utama Polda Metro Jaya, Kapolres, dan Kapolsek. Ingat, di awal tahun 2000-an, keterbukaan belum seperti saat ini. Belum semua pejabat siap “berhadapan langsung” dengan publik. Kemudian dibuat “Police goes to Kampung”, Kapolsek harus menggelar diskusi publik dengan masyarakatnya. Di situ terlihat calon-calon pemimpin Polri.

Setelah era Kang Asep, Bang Wondo, Bang Roma, dan Mas Sambodo berakhir, Radio Suara Metro meredup. Tokoh-tokoh yang turut membuka gerbang keterbukaan itu dimutasi untuk jabatan-jabatan baru. Demikian juga Pak Makbul yang menjadi komandannya, mendapat promosi hingga menjadi Wakil Kepala Kepolisian Negara Republik Indonesia (Wakapolri) berpangkat Komisaris Jenderal.

Jarang bertemu tetapi diskusi dengan Kang Asep terus berlangsung. Untuk satu hal yang saya tanyakan, jawabannya bisa dibahas detil.

“Gak usah mulai dari preambule,” biasanya saya katakan begitu kalau sudah mulai bahas dari awal. Tapi Kang Asep kekeuh.

“Begini kalau cuma mau dengar jawaban instant, tidak memahami keseluruhan, hanya mau sepotong-sepotong,” ujarnya bersiap akan menghentikan diskusi kalau saya hanya mau dengar bagian tertentu.

Jadilah saya mendengarkan penjelasannya. Dan memang kesabaran mendengar akan menghasilkan pemahaman lebih lengkap. Tahu akan memakan waktu cukup lama, waktu diskusi itu saya manfaatkan untuk melakukan perjalanan dari rumah hingga ke tempat aktivitas, yang bisa menghabiskan waktu satu jam.

Kang Asep adalah salah satu pemikir Polri yang cukup objektif. Kalau ada prestasi Polri, ia sampaikan apa adanya. Begitu juga saat Polri diterpa berbagai isu dan peristiwa yang menempatkan tingkat kepercayaan Polri di titik nadir, analisisnya terstruktur sehingga bisa melihat permasalahan lebih jernih.
Selamat jalan Kang Asep…