Oleh: Kristin Samah

JAKARTA (13/06/2020)—Pernah dengar nama A.T. Mahmud? Yuk mengenal pencipta 800-an judul lagu anak-anak, antara lain “Balonku” dan “Pelangi”. Nama aslinya Abdullah Mahmud, dipanggil “Dola”. Sebutan “Totong” di tengah namanya, diperoleh dari keluarga Sunda, tetangganya, yang turut mengasuh Dola. Ia sering memanggil tong… otong, sehingga terdengar seperti “Totong”. Sejak itu Totong menjadi nama tengah Abdullah Mahmud.

Tahun 1991, pria kelahiran Palembang, Kampung 5 Ulu Kedukan Anyar, itu menerbitkan buku berjudul “Amalku: Kumpulan Nyanyian Anak-anak Muslim”.  Lagu dijadikan dakwah, merdu dan berhikmah.

Penulis lagu yang pernah mendapat penghargaan Bintang Budaya Parama Dharma dari Presiden Megawati Soekarnoputri itu mengajarkan tauhid dalam lagu gubahannya. “Aku mengaku sepenuh hatiku/ tiada Tuhan selain Allah/ Aku mengaku sepenuh hatiku/ Muhammad utusan Allah.

Ia memperoleh inspirasi syair Islami setelah membaca buku “Wawasan Al-Quran” yang ditulis M Quraish Shihab. “… seni Islam adalah ekspresi tentang alam, hidup dan manusia yang mengantarkan menuju pertemuan sempurna antara kebenaran dan keindahan… menggambarkan hubungan dengan hakikat mutlak yaitu Allah SWT dengan tujuan memperhalus budi, mengingatkan tentang jati diri manusia, menggambarkan akibat baik dan buruk dari suatu pengamalan…”

Perihal lagu “Pelangi”, inspirasinya diperoleh saat mengantar anaknya ke sekolah. Di tengah jalan anaknya berteriak melihat pelangi, sambil menunjuk ke langit. Lalu ia mulai mencari kata-kata yang tepat yang ada di pikiran anak-anak. Sesederhana itu.

6 Juli yang akan datang peringatan 10 tahun meninggalnya A.T. Mahmud yang meninggal 2010 di usia 80 tahun. Siap-siap yuk menyanyikan lagu “Puji Allah” ciptaan almarhum.

“Lihatlah bunga kuning, merah, dan ungu/ Setiap hari kusiram agar mekar/ indahnya bunga menarik kupu-kupu/ hinggap di bunga menghisap madu segar/ Subhanallah walahu akbar…”

Kok gak ada warna hijau? Semua warna sejatinya netral saja, manusia yang menambahkan persepsi. Banyak membaca, banyak belajar, supaya gak dibodohi, atau bahkan menjadi gila karena reka-reka pikiran sendiri. (***)