Oleh: Prof. Dr. Komarudin Hidayat
PERKENALKAN, saya corona, aku tahu manusia masih berselisih apa dan siapa sesungguhnya diriku, apakah sekedar mikroorganisme bikinan manusia ataukah makhluk ciptaan Tuhan. Apakah aku ini makhluk Tuhan yang punya hak hidup di bumi ini, ataukah aku berumah di hewan, silakan kalian berdebat. Yang pasti ukuranku sangat kecil.
Manusia moderen menyebutnya berukuran nano meter, sehingga mereka yang sudah merasa paling pintar, hebat, dan paling berperadaban pun belum juga mengenal diriku. Atau mungkin menganggapku sekedar benda atau makhluk remeh yang hina dan tidak masuk hitungan.
Kami komunitas corona ini sesungguhnya tidak mau merepotkan manusia, makhluk yang menganggap dirinya sebagai puncak ciptaan Tuhan. Tetapi sangat disayangkan, justeru karena merasa paling pintar dan merasa sebagai penguasa bumi ini, manusia lalu lupa diri, sombong, rakus, senang bertengkar, saling hasut, saling bunuh, sehingga bumi sebagai rumah kita bersama ini menjadi rusak berantakan.
Keseimbangan dan harmoni alam diobrak-abrik, mengabaikan hak penghuni lain untuk hidup bersama dalam relasi saling menghargai. Kami komunitas corona tidak memerlukan rumah mewah bertingkat, tidak memerlukan mobil, kapal terbang dan kendaraan lain untuk memuaskan nafsu berkelana menaklukkan dunia. Dengan teknologi transportasi di laut, darat dan udara manusia lalu tepuk dada, merasa telah menaklukkan dunia. Pada hal, bumi yang kita tempati bersama ini tak lebih bagaikan debu di tengah galaksi planet yang berenang di jagat semesta.
Manusia moderen telah melupakan hakikat dirinya, bahwa tanpa ruh yang ditiupkan Tuhan ke dalam tubuhnya, manusia itu tak ubahnya hewan. Padahal melalui ruh yang bersifat cahaya itu mestinya manusia selalu menghubungkan dirinya dengan Tuhan, cahaya di atas cahaya, yang selalu mengajak hidup dengan damai dan saling mengasihi. Ketika ruh itu dicabut Tuhan, bangkai manusia mesti segera dikubur karena akan menjadi bau dan sumber penyakit.
Hari-hari ini kami komunitas corona hanya sekedar ingin protes dan mengingatkan kesombongan dan kebodohan manusia. Teman-teman kami yang kamu sebut binatang, sebut saja harimau, gajah, burung, ikan, belalang, serangga, dan lain-lainnya telah kamu kejar-kejar dan musnahkan hanya untuk memuaskan kerakusanmu. Istana teman-teman kami berupa hutan dan sungai juga kamu rusak. Sadarkah bahwa itu sebuah kezaliman dan kebodohan yang nyata?
Para hewan baik yang besar maupun yang super kecil itu selalu taat pada nasehat ibu pertiwi, semesta ciptaan Tuhan, bahwa bumi ini dicipta tidak hanya untuk manusia.Bumi, ibu kami, selalu mengingatkan, jika manusia melawan alam, pasti manusia akan kalah. Sesungguhnya manusia yang tergantung dan membutuhkan kasih sayang alam, bukannya alam keberadaanya tergantung pada manusia.
Jika hari-hari ini kamu bingung, takut, heboh, kalang kabut karena kami, tidakkah kamu menyadari bahwa ini semua hanyalah semata akibat dari kecongkaan dan kebodohanmu dalam menjalani hidup di muka bumi ini? Sebagaimana kami komunitas corona, kamu manusia juga sebagai tamu di muka bumi ini. Sifat dan ukuran fisik kami memang berbeda, itu semua kuasa Tuhan.
Kami hewan super kecil yang tidak berpendidikan seperti kamu, pada kesempatan ini ingin menyampaikan nasehat dan peringatan. Hendaknya kalian manusia berperilaku yang santun, tahu diri, sebagai tamu jangan merusak rumah yang kamu kunjungi. Silakan manusia berkreasi dengan kekuatan head dan hand, tapi dengarkankah heart yang ada dalam sanubarimu. Yaitu suara hati lokus cahaya ilahi yang akan memberi jalan terang kehidupan dan sumber cinta kasih pada sesamanya, termasuk hewan dan tumbuh-tumbuhan sesama penghuni yang sah di bumi Tuhan ini.
Kami ingatkan, kekuatan kami komunitas corona ini belum keluar semuanya untuk menyampaikan pelajaran padamu dengan cara dan bahasa kami. Oleh karena itu, berhentilah dari sikap rakus, sombong dan semena-mena di planet bumi yang kecil ini di tengah semesta yang tak bertepi. Marilah kita hidup bersahabat saja. Kalau kalian mau hidup rukun, sederhana, bumi tak akan kekurangan untuk memenuhi kebutuhanmu.
Bumi ini sangat menyayangi, mencintai dan melayani manusia. Janganlan menjadi tamu dan anak yang durhaka, yang ujungnya hanya akan mencelakakan diri kalian semua. Kalau mau bertobat pada Tuhanmu dan saling menyayangi serta menolong sesamanya, tak lama lagi kami akan kembali ke habitat kami. Tetapi jika masih mengingkari kuasa Tuhan dan saling bertengkar dan bermusuhan, mungkin kami masih betah di sini untuk menonton kebodohanmu.
Salam kasih.
Corona.