JAKARTA (16/5)—Mengamati video yang viral di sosial media tentang perempuan-perempuan sangar yang menolak putar balik dan memaki-maki polisi, ingatan justru sampai pada Bupati Banyuwangi, Ipuk Fiestiandani. Di akun Instagramnya, Ipuk mengunggah video anak-anak muda Banyuwangi, pecinta seni dan budaya, berlatih untuk tampil di acara mudik online.
Bukannya bangga, anak-anak muda mau menekuni seni dan budaya tradisional, akun _emonts justru menyayangkan sikap Bupati yang menyelenggarakan event seni budaya. Mending biayanya buat bagi-bagi nasi di terminal, pasar, stasiun, pelabuhan. Ipuk masih menanggapi, antara lain dengan mengatakan, semua ada porsinya. Gotong royong pembagian sembako juga dilakukan paralel dengan kegiatan lainnya.
Komentar _emonts memang tak ada kaitan dengan perempuan garang, pemaki-maki polisi, yang naik mobil B 1364 URW di perbatasan Sukabumi. Komentar itu juga tidak berhubungan dengan perempuan pemakai celana vinil mengkilap yang memaksa menuju ke Anyer, menolak putar balik.
Bukan hanya membentak petugas, perempuan itu tak mengenakan masker, membanting buku, kemudian mengangkat kakinya ke dashboard ketika mobil dikerumuni banyak orang. Wow… menakjubkan.
Dua perempuan itu mungkin belum sempat menyaksikan video Tompi yang mengungkapkan duka mendalam sebab Ibunda meninggal karena Covid-19. Bahwa corona yang sangat mudah menular ke orang lain, hanya bisa diatasi bersama-sama, bukan hanya oleh Pemerintah, tapi kita semua.
Covid-19, sekali lagi, memang membuat kita semua letih dan jemu. Pengen jalan-jalan ke pantai, pengen bertemu keluarga, dan masih banyak keinginan lain, yang terpaksa harus ditunda. Sudah dua tahun, ya… tapi harus dimengerti, bukan hanya kalian, kita semua juga mengalami. Dan kita semua yang harus menanggung bila jumlah terpapar semakin banyak.
Pada akhirnya, kembali pada Bupati Banyuwangi, andai dua perempuan itu mengasah budi lewat seni dan budaya, barangkali bukan anjing yang keluar dari mulutnya, tetapi tembang rancak, Gerajagan Banyuwangi. Andai perempuan bercelana vinil mengkilap itu menyalurkan energinya dengan latihan vokal, mungkin dia bisa berduet dengan James Hetfield, meneriakkan lirik The Unforgiven.
Mbak Ipuk, Anda sudah berada di jalur yang sangat tepat. Dua perempuan cadas yang viral di dunia maya itulah buktinya. Bahwa sebenarnya, yang mengancam kita saat ini bukan krisis ekonomi, tetapi krisis moral dan budi pekerti.
Seni dan budaya tidak hanya mengasah nurani, memperhalus kepekaan rasa, tetapi juga menggerakkan ekonomi. Seni dan budaya menjadi salah satu ukuran harkat dan martabat manusia, dan hakekat kemanusiaan adalah memberdayakan, bukan menadahkan tangan meminta-minta. (***)