JAKARTA (24/03/2020)Kabar duka menimpa Direktur PriceWaterhouseCoopers (PWC) Dany Unardi Umar.

Profesional muda itu meninggal pada 22 Maret 2020 pukul 17:30 di RS Persahabatan dalam kondisi positif terjangkit virus corona (Covid-19). Ia sempat mengalami perawatan panjang di beberapa rumah sakit sampai akhirnya didiagnosis terkena Covid-19.

Dalam whats app group yang beredar terungkap kronologi kondisi pria lulusan University of Oregon ini. Berikut kronologinya:

06/03 Deny mulai tak enak badan, dan bekerja dari rumah (work from home—WFH). Awal symptomnya seperti food poisoning karena habis makan bareng orang tua dan semua sakit

06/03-12/03 home care dengan obat seperti rhinos, panadol, imboost, dan makan bersih

13/03 Deny ke dokter THT RS MMC konsultasi dengan dokter Anida. Diagnosa: infeksi tenggorokan. Diberi antibiotik abbotic 5 pcs (1 hari 1 kali) dan cataflam (3 kali sehari)

14/03 Tidak ada perbaikan, lalu ke dokter THT RS Husada Mangga Besar dengan Dr Cholil. Diagnosa: infeksi tenggorokan. Deny diberi obat antibiotik sharox 500 mg (2x sehari), obat racik untuk flu demam dan batuk (3 x shari), obat lambung agar tidak maag sehari 2x

17/03 Penyakit Deny tidak ada perbaikan signifikan, lalu ia ke internist RS Mitra Kemayoran bertemu dengan Dr. Siddharta Salim. Deny dicek darah limfosit rendah dan foto thorax, ada bercak putih di kedua paru-parunya. Lalu dirujuk dengan surat ke RSPI Sulianti Saroso (SS).

17/03 Sesmapai di RSPI SS ditolak, namun setelah perdebatan dengan surat rujukan, Deny di rawat di IGD dengan selang oksigen selama kurang lebih 4,5 jam. Kemudian di dismiss dari RSPI SS dengan diagnosa pneumonia biasa dan diberi obat: methisophrinol 500 mg 4x sehari, fluimucil granule 400 mg 3x sehari, levofloxacin 1x shari 500 mg.

18/03: Deny mengalami batuk menjadi lebih intens. Setiap bangun batuk. Hanya makan sup dan telur setengah mentah dengan disuapin.

19/03: Deny mengalami batuk ada bercak darah. Lalu di bawa ke Pulmonologist MRCCC Semanggi bertemu dengan Dr. Arifin Nawas. Diagnosa: Pneumonia Duplex. Disarankan rawat inap oleh dokter namun ditolak rumah sakit karena alasan “hanya untuk cancer dan tumor”.

19/03 siang: Dr. Arifin Nawas kasih surat rujukan ke RS Abdi Waluyo Menteng untuk dirawat oleh dia sendiri disana. Namun sampai di RS Abdi Waluyo di tes ulang lagi (darah & thorax) dan meskipun kondisi darah membaik, bercak putih di thorax bertambah banyak hampir menutupi kedua paru. Sembari menunggu diberikan selang oksigen di IGD sampai jam 8 malam.

19/03 Pukul 20.30 malam tiba di IGD RSUP Persahabatan. Menunggu hingga pukul 11.00 malam untuk diantar dengan ambulance ke gedung Pinere tempat isolasi pasien suspect Covid-19.

19/03 Menunggu hinggal pukul 00.40 subuh sampai masuk ke ruang isolasi untuk diberikan bantuan pernapasan selang

20/03 Deny di test swab pertama. Estimasi hasil di 23/03. Obat yg diberikan sementara: antibiotik, antivirus, immunomodulator dan vitamin dan infus cairan. Deny kesulitan tidur, tidak bisa makan dan berjalan ke toilet karena batuk, dada sesak dan sakit.

21/03: Deny konsultasi dokter Pinere dengan Dr. Heidy (penanggung jawab Deny). Hasil foto thorax 20/03 menunjukkam perbaikan dibandingkan tanggal 19/03 di RS Abdi Waluyo. Tes darah tidak disebut, namun saturasi oksigen di 88%.

22/03 Pukul 00.30 Keluarga ditelepon oleh dokter jaga Dr. Rianti bahwa Deny butuh bantuan ventilator karena pasien meraung-raung dan melepaskan alat kesehatan infus dan masker oksigen. Saturasi di 83%. Jam 00.55 keluarga sudah tanda tangan dokumen persetujuan dan mulai proses pemasangan. Jam 03:25 selesai proses pemasangan

22/03 Pukul 10 pagi pasien status setengah sadar. Jam 17.30 meninggal dunia.

“Please don’t get sick, they do not know how to handle us. This is scary,” demikian pernyataan sesal keluarga Deny. (dj)

Dikutip dari anggaran.news